Jakarta - Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, mengatakan jika potensi bencana banjir tahun 2012, diprediksi mempunyai pola yang sama dengan tahun 1992 dan 2006. Selain faktor pola cuaca yang sama, penyebab lainnya adalah semakin parahnya kerusakan lingkungan.
"Potensi bencana banjir 2012 memiliki pola cuaca yang sama dengan tahun 1992 dan 2006. Selain itu potensi banjir tahun ini disebabkan pula oleh laju kerusakan lingkungan, yaitu semakin berkurangnya tutupan lahan dan daerah resapan. Penyebab penting lainnya adalah Perilaku masyarakat yang belum ramah lingkungan," ujar Balthasar Kambuaya dalam keterangan pers yang diterima INILAH.COM, Kamis (12/1/2012).
Balthasar mengatakan perilaku masyarakat yang belum ramah terhadap lingkungan khususnya terkait dengan perlakuan sampah yang masih saja dibuang sembarangan. Dia mengatakan oleh karena itu salah satu solusi antisipasi banjir, pada tahun 2012 ini, Kementerian Lingkungan Hidup akan berusaha penuh untuk melibatkan semua pihak dalam Gerakan Indonesia Bersih yang dicanangkan pada 2011.
"Gerakan ini sangat penting mengingat misalnya sekitar 2,5% timbulan sampah Jakarta atau sebesar 600 m3/hari masuk kedalam Sungai Ciliwung. Apabila disebar di lapangan sepak bola (dengan tinggi timbulan sampah +20 cm) maka setiap harinya ada timbulan sampah sebanyak 7 lapangan sepak bola yang menyumbat Sungai Ciliwung dan memperburuk banjir di Jakarta," jelasnya.
Dia melanjutkan Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Berbagai potensi tersebut antara lain adalah banjir, tanah longsor terutama di musim penghujan seperti saat ini.
Banjir dan kekeringan merupakan fenomena rutin yang dihadapi di beberapa daerah dengan kerugian yang tidak kecil. Sebagai contoh banjir pada Februari 2007 di wilayah Jabodetabek selama 5 hari mencapai kerugian 8,6 trilyun atau setara dengan 48 % APBD DKI tahun 2006 dengan korban 60 orang dari 263.416 pengungsi.
Selain itu frekuensi kejadian bencana banjir, longsor, dan kekeringan selain karena kerusakan lingkungan, juga dipicu dengan fenomena perubahan iklim. Berdasarkan data dari BNPB Tahun 2011, trend bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bencana yang terjadi tersebut umumnya berkaitan dengan hidrometeorologi (kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang) yang terjadi rata-rata hampir 80 % dari total bencana di Indonesia.
Bahkan menurut catatan Internasional Disaster Database (2007), 10 kejadian bencana terbesar di Indonesia yang terjadi dalam periode waktu 1907 – 2007 terjadi setelah tahun 1990-an dan sebagian besar merupakan bencana yang terkait dengan iklim khususnya banjir, kemudian kekeringan, kebakaran hutan, dan ledakan penyakit.
sumber : http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1818337/sehari-sampah-di-ciliwung-7-lapangan-bola
"Potensi bencana banjir 2012 memiliki pola cuaca yang sama dengan tahun 1992 dan 2006. Selain itu potensi banjir tahun ini disebabkan pula oleh laju kerusakan lingkungan, yaitu semakin berkurangnya tutupan lahan dan daerah resapan. Penyebab penting lainnya adalah Perilaku masyarakat yang belum ramah lingkungan," ujar Balthasar Kambuaya dalam keterangan pers yang diterima INILAH.COM, Kamis (12/1/2012).
Balthasar mengatakan perilaku masyarakat yang belum ramah terhadap lingkungan khususnya terkait dengan perlakuan sampah yang masih saja dibuang sembarangan. Dia mengatakan oleh karena itu salah satu solusi antisipasi banjir, pada tahun 2012 ini, Kementerian Lingkungan Hidup akan berusaha penuh untuk melibatkan semua pihak dalam Gerakan Indonesia Bersih yang dicanangkan pada 2011.
"Gerakan ini sangat penting mengingat misalnya sekitar 2,5% timbulan sampah Jakarta atau sebesar 600 m3/hari masuk kedalam Sungai Ciliwung. Apabila disebar di lapangan sepak bola (dengan tinggi timbulan sampah +20 cm) maka setiap harinya ada timbulan sampah sebanyak 7 lapangan sepak bola yang menyumbat Sungai Ciliwung dan memperburuk banjir di Jakarta," jelasnya.
Dia melanjutkan Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Berbagai potensi tersebut antara lain adalah banjir, tanah longsor terutama di musim penghujan seperti saat ini.
Banjir dan kekeringan merupakan fenomena rutin yang dihadapi di beberapa daerah dengan kerugian yang tidak kecil. Sebagai contoh banjir pada Februari 2007 di wilayah Jabodetabek selama 5 hari mencapai kerugian 8,6 trilyun atau setara dengan 48 % APBD DKI tahun 2006 dengan korban 60 orang dari 263.416 pengungsi.
Selain itu frekuensi kejadian bencana banjir, longsor, dan kekeringan selain karena kerusakan lingkungan, juga dipicu dengan fenomena perubahan iklim. Berdasarkan data dari BNPB Tahun 2011, trend bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bencana yang terjadi tersebut umumnya berkaitan dengan hidrometeorologi (kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang) yang terjadi rata-rata hampir 80 % dari total bencana di Indonesia.
Bahkan menurut catatan Internasional Disaster Database (2007), 10 kejadian bencana terbesar di Indonesia yang terjadi dalam periode waktu 1907 – 2007 terjadi setelah tahun 1990-an dan sebagian besar merupakan bencana yang terkait dengan iklim khususnya banjir, kemudian kekeringan, kebakaran hutan, dan ledakan penyakit.
sumber : http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1818337/sehari-sampah-di-ciliwung-7-lapangan-bola
0 komentar:
Posting Komentar